Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan batubara untuk menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan uap panas untuk menggerakan turbin.
Suplai tenaga listrik di dunia masih didominasi dari batubara. Namun, tahukah kalau penggunaan batu bara masih meninggalkan masalah polusi udara.
Sebelum membahas tentang bahaya dari polusi udara, ketahui terlebih dahulu bagaimana cara kerja PLTU.
Bagaimana Cara Kerja PLTU?
Pembangkit listrik tenaga uap dimulai dengan memanaskan air dalam boiler. Kemudian, air tersebut dimasukkan ke dalam deaerator untuk menghilangkan oksigen.
Setelah itu, air dipompa oleh boiler feed water pump dan masuk ke dalam economizer. Air ini akan dialirkan ke pipa untuk dipanaskan pada tube boiler.Â
Pada bagian ini, air dipanasi hingga menghasilkan uap air. Kemudian, uap air dikumpulkan pada steam drum, yang dipanaskan lebih lanjut pada superheater untuk menjadi uap kering terkenanan tinggi. Nantinya, uap ini digunakan untuk menggerakan turbin.Â
Hasil putaran poros turbin nantinya memutar poros generator yang terhubung dengan coupling. Dari putaran ini barulah dihasilkan energi listrik.Â
Energi listrik dari generator kemudian disalurkan dan didistribusikan ke pelanggan. Uap bebas dari turbin selanjutnya dikondensasikan dari kondensor.
Air dari make up water punk, uap ini dipompa oleh pompa kondensat masuk ke pemanas tekanan rendah, deaerator, boiler feed water pump, pemanas tekanan tinggi, economizer, dan hingga kembali ke boiler untuk dipanaskan menjadi uap lagi.Â
Bagian kerja mana yang dapat Menyebabkan Polusi?
Batubara menjadi sumber energi PLTU yang diandalkan, namun ini menghasilkan gas buang yang kotor. Bahan kimia pada batubara dapat menghasilkan energi listrik karena penguraian molekul karbon, namun juga berdampak butuh untuk lingkungan dan merugikan masyarakat.Â
Ketika batubara terbakar, ikatan kimia yang menahan atom karbon akan terputus dan melepaskan energi. Reaksi kimia lain pun juga terjadi, kebanyakan membawa polutan beracun dan logam berat ke udara ke lingkungan.
Pencemaran udara tersebut antara lain
a. Merkuri
Logam berat ini dapat merusak sistem saraf pencernaan, dan kekebalan tubuh, dan menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan anak.Â
b. Sulfur Dioksida (SO2)
SO2 bergabung dengan molekul lain di atmosfer untuk membentuk partikulat kecil bersifat asam yang dapat menembus paru-paru. Material ini diproduksi ketika belerang dalam batu bara bereaksi dengan oksigen.
Material ini bila terpapar manusia menyebabkan penyakit asma dan bronkitis. Sementara untuk lingkungan menyebabkan kabut asap dan hujan asam.Â
c. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrous oksida terlihat sebagai kabut asap yang mempengaruhi jaringan paru-paru yang memperparah asma. Dampaknya membuat orang lebih rentan terhadap penyakit pernapasan seperti pneumonia dan influenza.Â
Perubahan dari PLTU menjadi PLTS
PLTU tidak selamanya dapat beroperasi karena merusak lingkungan dan pasokan batu bara akan habis. Oleh sebab itu, dibutuhkan tindakan untuk transisi dari energi fosil menjadi energi terbarukan. Salah satunya dengan memanfaatkan Pembangkit listrik tenaga surya.Â
Direktur Manajemen Proyek dan EBT PT PLN Wiluyo Kusdwiharto mengatakan bahwa perusahaan berencana menjadikan PLTS sebagai base load. Terkhususnya untuk menggantikan keberadaan PLTU di pulau Jawa.Â
Maka dari itu, perlu tambahan baterai agar pembangkit dapat beroperasi selama 24 jam. Terutama mengingat dua pembangkit yang tersedia sifatnya intermitten.
"Untuk jangka panjang saat ini kita sedang studi untuk pengembangan EBT yang sifatnya intermittent seperti surya dan angin untuk ada baterai. Supaya bisa menjadi base load untuk menggantikan PLTU kami terutama yang di pulau Jawa didominasi PLTU," kata Wiluyo dalam Webinar: Sustainable Investment (Renewable Energy), Rabu (2/11/2022)
Namun, Wiluyo mengatakan pihaknya masih berupaya mencari potensi sumber energi terbarukan lainnya seperti PLTA, PLTP, hingga pemanfaatan hidrogen untuk menghasilkan listrik.Â
Comments